Ekspor Kendaraan ke Jepang Masih Stabil

JAKARTA - Meski Jepang sedang memulihkan diri akibat tsunami Maret lalu, ekspor kendaraan dari Indonesia ke negara tersebut tidak terganggu. Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi (IUBTT) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Budi Darmadi mengatakan, ekspor kendaraan ke Jepang masih stabil. Namun, kata dia, Jepang sulit untuk mengekspor komponen karena menguatnya Yen. "Sehingga Jepang bisa menyerap impor dari negara-negara lain. Kita akan jual ke sana. Ini menguntungkan kita," ungkap Budi di Jakarta, Jumat (30/9/2011). Budi mengaku, pihaknya telah menawarkan kepada beberapa produsen komponen Jepang untuk merelokasi pabriknya ke Indonesia. Terutama, kata dia, produsen yang memproduksi sub komponen atau tier dua seperti kabel, saringan AC, dan casing AC. "Kalau ekspor Jepang susah, saya akan tawarkan industri komponennya relokasi ke Indonesia. Sebab, biaya produksi komponen di Jepang jadi mahal. Komponen automotif elektronika Jepang sangat bagus. Penjajakan sudah ada," katanya. Sementara, krisis ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat (AS) dan Eropa tidak berdampak langsung pada kinerja ekspor kendaraan. Hingga saat ini, Indonesia belum pernah mengekspor kendaraan ke AS dan Eropa. Bahkan, jumlah ekspor kendaraan ke negara-negara lain seperti Asia dan Timur Tengah masih terbilang kecil. Tahun lalu, ekspor kendaraan hanya 80 ribu unit atau 12 persen dari total penjualan kendaraan yakni 750 ribu unit. Namun, Budi optimistis, target ekspor kendaraan yang dirangkai utuh atau completely built up (CBU) sebesar 100 ribu unit pada tahun ini akan tercapai.